Besty Nasional-Insiden pelecehan seksual kembali terjadi di Kabupaten Batang. Kejadian ini terjadi di sebuah pondok pesantren di Desa Wonosegoro, Kecamatan Bandar. Pelaku adalah pengasuh pondok pesantren berinisial W dan korbannya adalah puluhan santriwati yang masih duduk di bangku SMP dan SMK setempat. Kepala Desa Wonosegoro, Solichin, mengatakan bahwa ia mengetahui informasi ini setelah adanya kunjungan dari polisi dan telepon dari Polres Batang pada hari Minggu (2/4). Pesantren tersebut memiliki sekolah formal dengan santri putra dan putri yang mayoritas berasal dari Kabupaten Batang dan Pekalongan. Sementara itu, pihak kepolisian telah melakukan olah TKP pada Rabu (5/4) dan beberapa barang bukti telah diamankan. Beberapa santriwati telah melapor ke polisi dan kasus ini masih dalam proses penyidikan.
Salah satu korban berinisial S, yang berusia 16 tahun, mengaku telah mengalami tiga kali pelecehan seksual oleh pengasuhnya. Pelaku menggunakan modus dengan memanggil santriwati cantik ke sebuah ruangan dan memberikan pemahaman bahwa masa depan mereka tidak baik dan harus dinikahi untuk mencegah sial. Proses pernikahan siri hanya dilakukan antara pelaku dan korban tanpa saksi, dengan hanya bersalaman dan mengucap ijab kabul.
Kepolisian belum memberikan banyak komentar terkait kasus ini karena masih dalam tahap penyidikan. Namun, kejadian ini menambah panjang daftar kasus pelecehan seksual yang terjadi di Indonesia, termasuk kasus yang dilakukan oleh oknum guru agama, guru ngaji, hingga aksi mesum guru MA terhadap muridnya.
Kasus ini sangat merugikan korban dan juga melanggar hak asasi manusia serta merusak moral dan norma-norma sosial. Semua pihak harus bekerja sama untuk mencegah dan mengatasi kasus pelecehan seksual agar tidak terulang kembali di masa depan.
Pihak kepolisian telah melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) pada Rabu (5/4) siang kemarin, dan beberapa barang bukti seperti kasur, karpet, sprei, dan pakaian telah diamankan oleh petugas. Kegiatan itu dilakukan bersama dengan Dinas Sosial, Kementerian Agama, Dinas Kesehatan, dan DP3AP2KB Kabupaten Batang. Meskipun sedang dilakukan olah TKP, aktivitas di pondok pesantren tetap berjalan seperti biasa, dan para santriwati tetap mengaji di ruangan.
Informasi yang diperoleh Besty News, pada Minggu (2/4) malam, ada lima santriwati yang melapor, dan pada Senin (3/4) ada delapan santriwati yang melapor. Kemungkinan akan ada korban lain yang melapor ke depannya.
Kepala Desa Wonosegoro, Solichin, mengatakan bahwa ia mengetahui informasi tentang kejadian tersebut sejak hari Minggu (2/4) ketika ada polisi yang datang ke sana dan juga menerima telepon dari Polres Batang. Namun, ia tidak tahu banyak tentang pondok pesantren Wonosegoro karena tidak pernah ada keluhan dari warga sebelumnya.
Solichin juga memastikan bahwa warganya tidak ada yang menyantri di pondok pesantren tersebut, sehingga masalah ini tidak terkait dengan warga Desa Wonosegoro. Ia mengenal pelaku, tetapi tidak terlalu mengenal karena pelaku hanya keluar saat waktu sholat Jumat di masjid. Menurut Solichin, pelaku terlihat biasa saja dan tidak ada tanda-tanda bahwa ia melakukan tindakan kriminal.
Kasus ini harus ditangani dengan serius dan segera diatasi agar tidak terjadi lagi di masa depan. Para korban harus mendapatkan perlindungan dan dukungan yang memadai agar mereka dapat pulih dari pengalaman traumatis yang mereka alami. Selain itu, pelaku harus diadili sesuai dengan hukum yang berlaku dan diberikan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya. Semoga kasus ini dapat menjadi pelajaran bagi kita semua untuk lebih memperhatikan lingkungan sekitar dan menghindari tindakan yang merugikan orang lain.
Editor : Taufik Fatulloh
Reporter ( Putra )
0 Comments